BUNGA
KEMUNING NEW VERSION
Act. 1
“Dahulu kala, ada seorang bupati
yang memiliki sepuluh orang putri yang cantik-cantik. Sang bupati dikenal
sebagai pemimpin yang bijaksana tapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya
karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya. Istri sang Bupati sudah
meninggal dunia ketika melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang Bupati
diasuh oleh inang pengasuh. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu
ayah mereka. Kesepuluh putrid itu dinamai dengan warna-warna. Putri Sulung
bernama Putri Jambon. Adik-adiknya dinamai Putri Hijau, Putri Ungu, Putri
Merah, Putri Jingga, Putri Biru, Putri Nila, Putri Coklat, Putri Kelabu, dan
Putri Kuning.”
Bupati : “Nak,, Apa
kalian tak ingin melanjutkan sekolah agar kalian mendapatkan ilmu yang tinggi
agar kelak berguna nanti untuk kalian.”
Putri Hijau : “Ngapain kita harus sekolah sih yah’.. ayah
kan udah kaya, sampai 7 turunan pun harta ayah ngga mungkin habis kan ?”
Putri Ungu : “Iya yah.. ngapain
kita buang-buang duit.. lebih baik uang nya buat belanja baju kita-kita aja kan
lebih bermanfaat…”
Putri Kuning : “Kalau kuning terserah
ayah aja,, kuning juga mau sekolah koq yah..”
Putri Merah : “Eh… enak aja kamu,,
kita kita ga sekolah kamu juga ga sekolah dong..”
Putri Jingga : ”Heh kuning nanti
uang ayah abis gara-gara buat nyekolahkan kamu..”
Putri Kuning : “Iya kak, maaf..”
Act. 2
“Saat sang Bupati sedang pergi untuk
menhgadiri rapat para Bupati, anak anaknya berkesempatan untuk bermain-main dan
berfoya-foya,, kecuali kuning yang selalu diam di rumah sehingga sang pengasuh
sangat kualahan menghadapinya.”
Pengasuh 1 : “kalian mau pada
kemana, kok Putri Kuning ga ikut??”
Putri Biru : “Ih ngapain kita
ngajak anak udik kaya dia.. Biasa lah.. kita mau bersenang-senang.. kesempatan
Ayah ga ada di rumah kita bisa main sepuasnya dong…”
Putri Coklat : “iya
kita mau jalan-jalan, kamu jangan bilang Ayah ya kalau kita pergi,, kalau
macem2 awas aja kamu…”
Pengasuh II : “Pulangnya
jangan larut malam,, Saya takut terjadi apa-apa pada putri? Apa mungkin putri
butuh pengawal untuk mengantarkan putri, saya panggilkan pengawal saja.
Putri Jambon : “Berisik…berisik…kita
ga butuh pengawal kita udah gede. Lebih baik kalian kerja sana, udah digaji
mahal masih ngomel aja, cerewet banget.”
Act. 3
“Mereka pun akhirnya pergi untuk
bersenang-senang,, dan tanpa disadari mereka terpisah. Putri Jambon bersama
Putri Hijau, Putri Ungu, Putri Nila sedangkan Putri Jingga dengan Putri Biru, Putri
Coklat, dan Putri Kelabu. Saat dijalan, kelompok dari Putri Jingga terkena
musibah, mereka dijambret oleh seseorang yang tak dikenal”.
Putri Nila : “Tolong…tolong… Jambret…Pencuri…Pencuri…”
Putri Kelabu : “Hei pencuri jelek,
kembalikan tas saudaraku. Kalian gak tau siapa kita? Kita adalah anak Bupati
kalau kalian berani macem-macem kalian akan dihukum.”
Pencuri 1 : “(Bisik-bisik)
wah bahaya ni mereka anak Bupati, bisa-bisa kita mati di gantung.”
Pencuri 2 : “Udah tenang
aja, ni kesempatan kita buat menculik mereka dan minta tembusan kepada
keluarganya”.
Pencuri 1 : “Hey wanita
cantik, kami akan memberikan tas ini kepada kalian dengan syarat kalian harus
ikut dengan kami.”
Putri Jingga : “Kalian fikir kami
mau dibawa pergi sama pencuri jelek kaya kalian, kita tidak mungkin kalah
kalian hanya berdua, sedangkan kami berempat, rasakan ini”
“Lain halnya dengan kelompok Putri
Jambon, mereka bertemu dan berkenalan dengan pria-pria tampan
Badai : “Neng, mau
kemana??, perginya mau di temenin ngga ?
Lanang : “iya neng sekalian jalan bareng !”
Putri Nila : “Mau Shopping,
kalian punya duit ngga buat nemenin kita belanja?”
Putri
Hijau : “Nila,, Jangan galak gitu, lumayan kan mereka ganteng-ganteng !
Aku Hijau ini
saudara-saudaraku, sebenarnnya kami 10 bersaudara, namun kami terpisah dengan
saudara-saudara kami saat kami pergi tadi.
Badai : “Aku badai, ini kedua temanku Lanang dan
Petir. Senang berkenalan dengan kalian”
Petir : “Ngomong-ngomong,, rumah kalian dimana?”
Putri Ungu : “Rumah kami di desa
sebelah danau, Rumah kami, Rumah yang paling Gede
Petir : “Oke,,
kita bakal main kesitu, sampai ketemu ya !”
Act. 4
Putri kuning adalah gadis yang periang,
ramah dan sangat baik, berbeda dengan saudara-saudaranya, dan saat itu dating
lah seorang pengemis tua ke rumahnya
Pengemis 1 : “Permisi nak,, kami
belum makan berilah kami makanan nak?
Putri Merah : “Dasar pengemis
kotor, jorok, gembel, pergi sana dari rumahku.. kamu fikir rumah ku open house?
Sana pergi,,
Kuning : “Ya allah kaka,, kasian mereka, mereka belum
makan. Di dalam kan masih ada makanan yang ga dimakan, daripada di buang
mubazir, lebih baik kita memberikan kepada orang yang membutuhkan ka.
Bupati : “Ada apa kenapa kalian rebut, setiap hari
koq ribut terus sih, kalian suda pada dewasa kenapa selalu rebut, bapa ini raja
ngga enaak dilihat orang2
Putri Jambon : “Kuning yang mulai
duluan dia mau memberikan makanan kita sama pengemis kotor itu.
Putri Kuning : “tapi kuning hanya ingin
membantu yah?”
Bupati : “ini nek ada uang, nenek beli saja makanan
di pasar, maafkan atas perlakuan anak saya y nek.
Pengemis 2 : “Terima
kasi pak,, mudah-mudahan kebaikanmu dibalas oleh yang maha kuasa”
Act. 5
Pada suatu hari Bupati hendak pergi
jauh dan lama, ia menanyakan oleh-oleh apakah yang anak-anaknya inginkan.
Bupati : “Ayah
hendak pergi jauh dan lama,, oleh-oleh apakah yang kalian inginkan??:
Putri
Biru : “aku ingin perhiasan yang mahal.”
Putri
Kelabu : “Aku mau sutra yang berkilau-kilau”
9 anak-anak raja meminta hadiah
yang mahal-mahal pada ayahanda mereka. Kecuali kuning
Putri
Kuning : “Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat
Bupati : “Anakku,
sungguh baik perkataanmu, tentu saja Ayah akan kembali dengan selamat dan akan
Ayah bawakan hadiah indah buatmu..
Act.6
Selama sang Bupati pergi, para
putri2 semakin nakal dan malas, mereka sering membawa teman lelakinya ke rumah.
Bahkan mereka sering membentak inang pengasuhnya dan menyuruh para pelayan
untuk menuruti mereka.
Pelayan 1 : (Sambil
mengantarkan minuman) “Putri, sudah larut malam,, mohon teman-temannya agar
suruh pulang, tidak enak dilihat tetangga
Putri Coklat : “terus apa masalahnya
? Hidup hidup saya, Kamu layanin saja teman-teman kita, kita mau pergi ke
belakang sebentar”
Cowo
1 : “Hei pelayan,, tolong ambilkan aku makanan, aku sangat lapar !”
Pelayan
2 : “Kamu bukan tuan ku, tak sudi aku membawakan makanan untukmu !
Cowo
1 : “Saya ini tamu disini, harusnya kamu turutin permintaan ku”
Cowo
2 : “Oh ya.. sekalian tolong buatkan aku 1 gelas susu,”
Pelayan 3 : “kalian memang
orang yang tidak bernorma, jika kalian punya kaki, ambil sendiri di dapur”
Cowo
2 : “Dasar kalian pelayan ga tau diri”
Act.7
Pada suatu hari sang bupati sudah
tiba diRumah. Kesembilan putrinya sedang asik bermain di danau, sementara itu
Putri Kuning sedang merangkai bunga di teras Rumah, mengetahui hal itu sang Bupati
menjadi sangat sedih
Bupati : “Anaku yang
rajin dan baik budi ! Ayahmu tak mampu memberi apa-apa selain kalung batu hijau
ini, bukannya warna kuning kesayanganmu
Putri Kuning : “Sudahlah Ayah, tak
mengapa. Batu Hijau pun cantik ! Lihat, serasi benar dengan bajuku yang
berwarna kuning, yang penting Ayah sudah kembali dengan selamat” akan ku
buatkan teh hangat untuk Ayah !
Ketika Putri Kuning sedang membuat teh
kakak-kakanya berdatangan mereka ribut mencari hadiah dan saling memarkennya.
Tak ada yang ingat pada putri kuning, apalagi menanyakan hadiahnya, keesokan harinya,
Putri Huijau melihat Putri Kuning memakai kalung barunya
Putri
Hijau : “Wahai Adikku, bagus benar kalungmu ! seharusnya kalung itu
menjadi miliku:
Putri Kuning : “Ayah
memberikannya padaku, bukan kepadamu, jadi ini adalah miliku”
Mendengarnya,
putri Hijau menjadi marah. Ia mencari saudara-saudaranya dan menghasut mereka.
Putri
Hijau : “Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah, kita
harus mengajarnya berbuat baik”
Mereka
lalu sepakat untuk merampas kalung itu, tak lama kemudian, Putri Kuning muncul,
Kakak-kakanya menangkapnya dan memukul kepalanya, Tak disangka pukulan tersebut
menyebabkan Putri Kuning meningal.
Putri Kelabu : “Ya
ampun, dia sudah tak bernafas, denyut nadinya sudah tak berdetak lagi”
Putri Nila : “Dia
meninggal”
Putri
Jingga : “Astaga! Kita harus menguburnya, jika sampai Ayah Tau, kita semua
akan dikuburnya juga secara hidup-hidup”
Putri Ungu : “Ayo
segera kita angkat dia”
Mereka
beramai-ramai mengusung Putri Kuning lalu menguburnya dalam Rumah. Putri Hijau
ikut mengubur kalun batu hijau , karena ia tak menginginkannya lagi.
Act
8
Sewaktu
Bupati mencari Putri Kuning , tak ada
yang tau kemana putri pergi. Kakak-kakaknya terdian seribu bahasa. Begitu juga dengan para pengasuh, pengawal
dan pelayan, mereka pun tak mengetahui keberadaan Sang Putri kuning”
Bupati : “Apa
kalian tau dimana Putri Kuning?”
Putri Coklat : “Kami
ga tau Ayah, mungkin dia kabur sama kekasihnya”
Bupati : “Pengasuh,
Apakah kalian tau dimana sang putri kuning?”
Pengasuh 1 : “Ampun
tuan, saya tidak tahu dimana sang putri kuning”
Bupati
sangat marah, karena sudah berminggu-minggu Putri Kuning belum tiba di Rumah
juga
Bupati : “Hai
Pengawal !!! cari dan temukanlah Putri Kuning !!
Pengawal
1 : “Maafkan
kami tuan, kami sudah mencari kemana-kemana, tapi Tuan Putri Kuning belum saja ditemukan,
tuan”
Pengawal
2 : “
benar tuan,, sungguh kami telah mencari di berbagai penjuru kota, tapi kami
masih belum menemukan Putri Kuning”
Bupati : “Aku
ini ayah yang buruk, Biarlah anak-anakku ku kirim ke tempat yang jauh untuk
belajar dan mengasah budi pekerti”
Maka
ia pun mengirimkan putri-putrinya untuk bersekolah di negeri yang jauh. Sang Bupati
sendiri sering termenung di taman rumahnya, sedih memikirkan Putri Kuning yang
hilang tak berbekas.
Bupati : “Nak,,
dimana kamu sekarang?? Tidakkah kau tahu disini Ayah selalu memikirkanmu
Pengawal
3 : “Sudahlah
tuan,, Mungkin ini sudah takdir sang putri kuning, mungkin di balik kejadian
ini ada hikmah nya tuan..”
Act
9
Suatu
hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur putri kuning, sang raja sangat heran
melihatnya
Bupati : “Tanaman
Apakah ini ?”, Pengawal !! Kemarilah, !!
Pengawal : “Ada
apa tuan?”
Bupati : “Lihat
tanaman ini, batangnya bagaikan jubah putri, daunnya bulat berkilau bagai
kalung batu hijau, bunganya putih kekuning-kuningan dan sangat wangi!
Pengawal : “Betul
tuan, tanaman ini layaknya Sang Putri Kuning”
Bupati : “Tanaman
ini mengingatkanku pada Putri kuning, Baiklah kan ku beri nama ia Kemuning,
Sejak
itulah bubga kemuning, mendapatkan namanya, bahkan bunga-bunga kemuning bias
digunakan unutuk mengharumkan rambut, batangnya dipakai untuk membuat
kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak.
Setelah mati pun Putri kuning masih memberikan kebaikan