CARA
MENDIDIK DAN MENGAJAR ANAK TUNAGRAHITA SERTA KARAKTERISTIKNYA
KAYA TULIS
diajukan
untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
Oleh
:
Nama : REVI
MAYANG SARI
Kelas : XI
IPA 3
SMA NEGERI 1 PALIMANAN
Jl. KH. Agus Salim 128
Telp. ( 0231 ) 341023 Palimanan – Cirebon 45161
Email : sman1_pa5nan@yahoo.co.id
Website :
sman1palimanan.net
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Cara Mendidik dan Mengajar Anak Tuna Grahita serta
Karakteristiknya
Penyusun : Revi
Mayang Sari
Kelas : XI IPA 3
Diketahui,
Wali
Kelas XI IPA 3
TRI ELASARI, S. Pd.
NIP. 19841024201001 2 007
|
|
Palimanan,
Mei 2012
Disahkan,
Guru
Bahasa Indonesia
TRI YUNIAR, S. S.
NIP. 19820602200604 2 028
|
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah yang maha kuasa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Karya Ilmiah “Cara Mendidik dan
Mengajar Anak Tuna Grahita serta Karakteristiknya”. Semoga dengan selesainya
Tugas yang saya tulis dapat membawa manfaat bagi para pembaca.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai cara mendidik
dan mengajar anak tuna grahita serta karakteristiknya. Dan untuk membantu para
pembaca khusunya para guru yang memiliki komitmen terhadap Anak Berkebutuhan
Khusus dalam memahami salah satu jenis pembelajaran dalam pendidikan anak
berkebutuhan khusus baik disekolah luar biasa maupun sekolah regular.
Karya
ilmiah ini tidak akan hadir jika tidak ada dorongan dari keluarga, rekan-rekan
sejawat, dan khususnya kepada
1. Drs.
H. Rahman, M.Pd.I., selaku kepala Sekolah SMAN 1 Palimanan
2. Tri
Elasari, S. Pd., selaku Wali Kelas XI IPA 3
3. Tri
Yuniar, S. S., selaku Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Dengan selesainya karya ilmiah ini, penulis
menyadari bahwa penelitian ini tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu
penulis sangat menghargai kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
dalam rangka penyempurnaan.
Harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat
memberikan sumbangan bagi para pembaca khususnya para guru terutama yang
memiliki komitmen terhadap Anak Berkebutuhan Khusus dalam rangka meningkatkan
efektivitas pelaksanaan pembelajaran bagi mereka, sehingga tujuan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dapat tercapai secara optimal.
Palimanan,
Mei 2012
Penulis
ABSTRAK
Karya
tulis ini berjudul “Cara Mendidik dan Mengajar Anak Tuna Grahita serta
Karakteristiknya” Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual yang secara
jelas berada di bawah rata-rata atau normal disertai dengan kekurangan dalam
tingkah laku penyesuaian dan terjadi dalam periode perkembangan. Batasan
tersebut dengan jelas menekankan signifikan dalam penyimpangan, artinya apabila
keterlambatan intelektual itu hanya sedikit saja di bawah normal maka anak
tersebut tidak termasuk tunagrahita. “Keterhambatan itu harus jelas sehingga
membutuhkan pelayanan pendidikan khusus”. Dari batasan tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam memandang seseorang individu termasuk tunagrahita atau
tidak minimal harus memiliki 3 komponen yaitu: kecerdasan di bawah rata-rata,
kesulitan dalam perilaku adaptif dan terjadi dalam masa perkembangan.
Dengan demikian jelaslah bahwa individu dikatakan tunagrahita apabila memiliki indikator-indikator yang jelas dapat dipertanggungjawabkan, sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
Dengan demikian jelaslah bahwa individu dikatakan tunagrahita apabila memiliki indikator-indikator yang jelas dapat dipertanggungjawabkan, sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
Penelitian
ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada para pembaca tentang anak
tunagrahita, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
tentang karakteristik pada anak tunagrahita, dan manfaat dari penelitian ini
salah satunya adalah menambah wawasan bagi para pembaca tentang sifat pada anak
tunagrahita serta sebab-sebab ketunaan, alat atau metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah wawancara, studi pustaka, dan studi internet. Wawancara
yang dilakukan yaitu dengan Kepala Sekolah SLB Al-Zakiyah Klangenan, Yunaeni,
S. Pd. Begitu pula dengan sumber data yang penulis peroleh yaitu dari metode
deskriptif dengan tekhnik wawancara, buku-buku tentang Anak Berkebutuhan Khusus
serta internet.
Daftar Isi
LEMBAR
PENGESAHAN ……………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
ABSTRAK ………………………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………....…………………. 1
1.3 Tujuan
Penulisan ............................................................................ 1
1.4 Manfaat Penulisan ………………….......………………..……… 2
1.5 Metode Penelitian ………………………..……………………… 2
1.6 Sumber Data .................................................................................. 2
BAB II KAJIAN
TEORI
2.1 Pengertian Anak Tunagrahita …………………………………… 3
2.2 Sebab-sebab Ketunaan …………………..………………………. 4
2.3 Pendidikan Anak Tunagrahita ……………….……….………… 4
2.4 Kurikulum………...……………………………………………. 5
2.5 Ciri-ciri Khusus Pada Masa Perkembangannya............................ 5
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Cara
Mendidik Anak Tunagrahita di Sekolah................................ 7
3.2 Klasifikasi
Anak Tunagrahita........................................................ 8
3.3 Karakteristik
Anak Tunagrahita..................................................... 9
BAB
IV PENUTUP
4.1 Simpulan ......................................................................................... 10
4.2 Saran ............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… v
LAMPIRAN I ... …………………………………..……………………………….. vi
LAMPIRAN II ... ………………………………..……………………………….. vii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
khusus sebagai salah satu bentuk pendidikan yang khusus di peruntukan bagi
mereka yang mengalami hambatan dalam belajarnya, secara sadar terus berupaya
untuk meningkatkan pelayanan pendidikan dengan sebaik-baiknya.
Menyadari
bahwa Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK ) adalah individu yang unik. Keunikan ini
mengandung pengertian bahwa ABK mempunyai sifat-sifat khusus atau karakteristik
yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, baik dalam segi kemampuan,
bakat, minat maupun gaya belajarnya.
Mendidik siswa
di sekolah luar biasa tidak sama dengan mendidik siswa di sekolah umum. Yang
perlu dipahami oleh pendidik yang memiliki siswa tunagrahita antara adalah guru
harus mehami karakter anak tunagrahita yang memiliki keunikan tersendiri yaitu
bersifat pelupa, susah memahami perintah yang kompleks, perhatian mudah
terganggu, dan susah memahami hal-hal yang kompleks. Oleh karena itu guru siswa
tunagrahita harus sabar, penyayang, mengajar dengan kata-kata sederhana dan
gambar yang nyata.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ini adalah
a. Bagaimana
cara mendidik Anak Tuna Grahita di Sekolah ?
b. Bagaimana
klasifikasi Anak Tuna Grahita ?
c. Bagaimana
karakteristik Anak Tuna Grahita ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
a. Untuk
melengkapi tugas Mata pelajaran Bahasa Indonesia
b. Untuk
mengetahui bagaimana karakteristik Anak Tuna Grahita
c. Untuk
mengetahui gambaran bagaimana cara
mendidik dan mengajar anak Tuna Grahita
di Sekolah
d. Untuk
memberikan informasi kepada para pembaca bagaimana keadaan fisik maupun mental
serta penyebab ketunaan pada anak berkebutuhan khusus, khususnya pada Anak
penderita Tuna Grahita
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah
a. Bisa
mempelajari dan mengetahui cara mendidik dan mengajari Anak Tuna Grahita
b. Bisa
mengetahui karakteristik dan pendidikan Anak-Anak Tuna Grahita
c. Memperdalam
pengetahuan kita tentang Anak Tuna Grahita
1.5 Metode
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan tekhnik Wawancara dan
Studi Pustaka.
1.6 Sumber data
Sumber data yang diperoleh berasal dari
Sumber Data Primer dan Sumber Data Sekunder, Adapun Sumber Data Primer dan Sumber
Data Sekunder yaitu sebagai berikut :
a. Sumber
Data Primer :
Data yang di peroleh
yaitu dari wawancara dengan Yunaeni, S. Pd, Kepala Sekolah SLB Al-Zakiyah
Klangenan-Cirebon.
b. Sumber
Data Sekunder :
Selain dari metode wawancara, data yang di peroleh
di ambil dari internet, dan buku-buku mengenai Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK )
BAB
II
Kajian
Teori
2.1 Pengertian Anak Tunagrahita
Istilah untuk
anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama : lemah
pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita.
Dalam bahasa
Inggris dikenal dengan nama Mentally
Handicaped, Mentally Retardid. Anak tunagrahita adalah bagian dari anak
luar biasa. Anak luar biasa yaitu anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan
dari anak normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual, sosial, emosi
dan atau gabungan dari hal-hal tadi, sehingga mereka membutuhkan layanan
pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
Jadi anak
tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi
mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan
dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan
layanan pendidikan khusus.
Pengertian
Tunagrahita menurut American
Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20) sebagai
berikut: yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata
(Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes; yang muncul sebelum usia
16 tahun; yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan
pengertian Tunagrahita menurut Japan
League for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22)
sebagai berikut: Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan
tes inteligensi baku.Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi pada masa
perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
Pengklasifikasian/penggolongan Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran
menurut American Association on Mental
Retardation dalam Special
Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut:
EDUCABLE :
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan
anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
2.2 SEBAB-SEBAB
KETUNAAN
Menurut penyelidikan
para ahli (tunagrahita) dapat terjadi :
1. Prenatal
(sebelum lahir)
Yaitu
terjadi pada waktu bayi masih ada dalam kandungan, penyebabnya seperti :
campak, diabetes, cacar, virus tokso, juga ibu hamil yang kekurangan gizi,
pemakai obat-obatan (naza) dan juga perokok berat.
2. Natal
(waktu lahir)
Proses
melahirkan yang sudah, terlalu lama, dapat mengakibatkan kekurangan oksigen
pada bayi, juga tulang panggul ibu yang terlalu kecil. Dapat menyebabkan otak
terjepit dan menimbulkan pendarahan pada otak (anoxia), juga proses melahirkan
yang menggunakan alat bantu (penjepit, tang).
3. Pos
Natal ( Sesudah Lahir)
Pertumbuhan
bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar, demam tinggi yang
disertai kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput otak (meningitis) dapat
menyebabkan seorang anak menjadi ketunaan (tunagrahita).
2.3 PENDIDIKAN
ANAK TUNAGRAHITA
Berdasarkan
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 bahwa setiap warga negara berhak untuk
mendapatkan pengajaran. Demikian halnya dengan anak tunagrahita berhak untuk
mendapatkan pendidikan. Sekolah-sekolah untuk melayani pendidikan anak
luarbiasa (tunagrahita) yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah
berkebutuhan khusus.
1. Sekolah
untuk anak luar biasa terdiri dari :
a.
SLB – A untuk anak Tunanetra
b.
SLB – B untuk anak Tunarungu
c.
SLB – C untuk anak Tunagrahita
d.
SLB – D untuk anak Tunadaksa
e.
SLB – E untuk anak Tunalaras
f.
SLB – F untuk anak Berbakat
g.
SLB – G untuk anak cacat ganda
2.
Sekolah Luar Biasa untuk anak
tunagrahita dibedakan menjadi :
a.
SLB – C untuk Tunagrahita ringan
b.
SLB – C untuk Tunagrahita sedang
3.
Untuk Tunagrahita berat biasanya
berbentuk panti plus asramanya.
2.4 KURIKULUM
Dalam
memberikan layanan pendidikan tidak terlepas dari yang namanya kurikulum.
Kurikulum sebagai pedoman bagi sekolah. Kepala sekolah dan guru dalam
melaksanakan tugasnya. Kurikulum untuk Sekolah Luar Biasa disesuaikan dengan
jenis dan tingkat ketunaannya, mulai dari tingkat TKLB sampai dengan
SMALB. Kurikulum yang sekarang ini digunakan yaitu Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) 2004. Selain mempelajari mata pelajaran umum, ada juga mata
pelajaran ke khususan, untuk anak tunagrahita yaitu mata pelajaran “Bina Diri”
didalamnya mencakup:
1.
Mengurus diri
2.
Menolong diri
3.
Komunikasi dan Sosialisasi
2.5 CIRI-CIRI
KHUSUS PADA MASA PERKEMBANGANNYA
a. Masa
Bayi
Para ahli mengemukakan bahwa tunagrahita adalah
tampak mengantuk saja , apatis tidak pernah sadar, jarang menangis, kalau
menangis terus menerus, terlambat duduk, bicara dan berjalan.
b. Masa
Kanak-kanak
Ciri ciri klinis seperti mongoloid, kepala besar,
dan kepala kecil. Tetapi anak tunagrahita ringan ( yang lambat ) memperlihatkan
ciri-ciri sukar mulai dengan sesuatu. Mengerjakan sesuatu dengan berulang-ulang
tetapi tidak ada variasi, tampak penglihatannya kosong, melamun, ekspresi muka
tanpa ada pengertian.
c. Masa
Puber
Perubahan yang dimiliki remaja tunagrahita sama
halnya dengan remaja biasa. Pertumbuhan fisik berkembang normal, tetapi
perkembangan berfikir dan kepribadian berada di bawah usianya. Akibatnya ia
mengalami kesulitan dalam pergaulan dan mengendalikan diri
BAB
III
Pembahasan
3.1
Cara
mendidik Anak Tuna Grahita di Sekolah
Keterbatasan kecerdasan
yang di miliki anak tunagrahuta menjadi kendala utama dalam belajar. Mereka
tidak mampu berkompetisi dalam belajar dengan temannya yang normal sehingga
mereka seringkali menjadi bahan olok-olok sebagai anak yang bodoh di kelas.
Materi pembelajaran bagi anak
tunagrahita harus di rinci dan sedapat mungkin di mulai dari hal-hal konkrit,
mengingat mereka mengalami keterbatasan dalam berfikir abstrak. Walaupun demikian
materi yang bersifat akademik tetap di berikan sampai mereka memperlihatkan
ketidak mampuannya. Sebaliknya materi pelajaran keterampilan memiliki bobot
yang tinggi karena melalui materi ini di harapkan mereka dapat memiliki suatu
keterampilan sebagai bekal hidupnya.
Dan materi pelajaran bina diri bagi
anak tunagrahita harus diprogamkan secara rinci dan mendapat bobot yang tinggi
pula karena tidak dapat mempelajari hal itu hanya melalui pengamatan seperti
yang di lakukan anak normal.
Strategi
pembelajaran yang dapat digunakan pada pembelajaran anak tunagrahita adalah
strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dimana mereka belajar
bersama-sama dalam satu kelas tetapi kedalaman dan keluasan materi,
pendekatan/metode maupun teknik berbeda-beda di sesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan setiap peserta didik. Namun demikian dapat pula menggunakan strategi
lainnya seperti strategi kooperatif, dan strategi modifikasi tingkah laku.
Metode mengajar hendaknya harus dipilih agar anak belajar dengan melakukan karena
dengan praktek rangsangan yang di peroleh melalui motorik akan cepat di pusat
berpikir dan tidak mudah di lupakan.
Alat/media
yang di gunakan dalam pembelajaran anak tunagrahita harus memperhatikan
beberapa criteria, seperti : anak memiliki tanggapan tentang yang di
pelajarinya, tidak mudah rusak, tidak berbahaya, tidak abstrak, dapat di
gunakan anak, dan mudah di peroleh.
Evaluasi
belajar dalam pembelajaran anak tunagrahita harus dilakukan setelah mempelajari
salah satu bagian kecil dalam materi pembelajarannya, dan setelah itu barulah
kita pindah pada materi berikutnya. Alat evaluasi sebaiknya berbentuk kinerja
dan hasilnya pun diolah secara kualitatif. Sedangkan penilaian kuantitatif di
buat apabila dibutuhkan namun didampingi dengan uraian singkat ( bersifat
deskriptif )
3.2 Klasifikasi Anak Tuna Grahita
Potensi dan kemampuan setiap anak
berbeda-beda demikian juga dengan anak tunagrahita, maka untuk kepentingan
pendidikannya, pengelompokkan anak tunagrahita sangat diperlukan.
Pengelompokkan itu berdasarkan berat ringannya ketunaan, atas dasar itu anak
tungrahita dapat dikelompokkan.
- Tunagrahita Ringan (Debil)
Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau
kondisi fisiknya tidak berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ
antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka
masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita
ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.
- Tunagrahita Sedang atau Imbesil
Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih.
Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak
tunagrahita yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30
s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat ke;las II SD Umum.
- Tunagrahita Berat atau Idiot
Kelompok
ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan
secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ
mereka rata-rata 30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan
bantuan orang lain.
3.3 Karakteristik Anak Tunagrahita
Karakteristik atau
ciri-ciri anak tunagrahita dapat dilihat dari segi :
1. Fisik
(Penampilan)
a.
Hampir sama dengan anak normal
- Kematangan motorik lambat
- Koordinasi gerak kurang
- Anak tunagrahita berat dapat kelihatan
- Intelektual
- Sulit mempelajari hal-hal akademik.
- Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50 – 70.
- Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 – 50
- Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3 – 4 tahun, dengan IQ 30 ke bawah.
- Sosial dan Emosi
- Bergaul dengan anak yang lebih muda.
- Suka menyendiri
- Mudah dipengaruhi
- Kurang dinamis
- Kurang pertimbangan/kontrol diri
- Kurang konsentrasi
- Mudah dipengaruhi
h. Tidak
dapat memimpin dirinya maupun orang lain.
BAB
IV
Penutup
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan
yang telah di uraikan, dapat disimpulkan
a. Anak
Tunagrahita tidak sama dengan Anak normal biasa, jadi butuh pengajaran khusus
bagi anak Tunagrahita
b. Anak
Tunagrahita memiliki IQ yang lebih rendah di bamdimgkan dengan Anak normal
lainnya
c. Anak
Tunagrahita mengalami kesulitan dalam pergaulan dan mengendalikan diri, setelah
tamat sekolah ia belum siap untuk bekerja, sedangkan ia tidak mungkin untuk
melanjutkan pendidikan. Akibatnya ia hanya tinggal di rumah yang pada akhirnya
ia merasa frustasi.
d. Anak
Tunagrahita memiliki masalah dalam kehidupan sehari-hari, masalah kesulitan
belajar, masalah penyesuaian diri, masalah penyaluran ke tempat kerja.
4.2 Saran
a. Apabila
orang tua mendapat anak-anaknya sudah ada tanda-tanda bahwa dia adalah
Tunagrahita segeralah sekolahkan dia ke Sekolah-sekolah khusus agar ia dapat
berinteraksi pada teman-temannya.
b. Untuk
lingkungan anak-anak tunagrahita perlu disiapkan sarana-sarana perkembangan
kemudian memberikan kebebasan kepada anak untuk berkembang dengan sarana-sarana
tersebut, dengan cara begitu setiap anak tunagrahita akan menemukan pilihannya
sendiri dan menyukai latihan-latihan
dengan dapat material yang disenanginya, yang sedikit demi sedikit dapat
menuntun perkembangannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bandi Delphi ( 2007 ) Pembelajaran untuk Anak dengan
Kebutuhan Khusus, Jakarta: Depdiknas
Santoso ( 1983 ) Menolong untuk SLB bagian C, Jakarta:
Depdikbud
LAMPIRAN
I
Daftar pertanyaan:
1.
Bagaimana masa perkembangan Anak
Tunagrahita ?
2.
Ada berapakah jenis anak Tunagrahita ?
3.
Bagaimana sikap pada anak Tunagrahita ?
4.
Apakah sulit untuk mengajar anak yang
mempunyai kekurangan seperti anak Tunagrahita ?
Nara Sumber : Yunaeni,
S. Pd. Kepala Sekolah SLB Al – Zakiyah.
LAMPIRAN II
Jika para pembaca
kurang jelas atas penelitian yang penulis buat atau ingin lebih mengenal pofil
penulis, bisa dilihat pada akun jejaring sosialnya
revisari13.blogspot.com
@reviunderstand
Tidak ada komentar:
Posting Komentar